Front Pertempuran di Lahat Selama Agresi Militer I Belanda


Setelah pertempuran lima hari lima malam, markas subkoss berkedudukan di Lahat. Sedangkan markas Brigade Garuda merah berada di Prabumulih.Kedudukan markas sukoss di Lahat tidaklah berlangsung lama, karena pada bulan juli 1947 Belanda melakuakn Agresi Militernya yang pertama.Markas subkoss terpaksa dipindahkan kembali ke Lubuk Linggau.Begitu pula markas Brigade Garuda Merah akhirnya dipindahkan dari Prabumulih ke Muara Beliti. Pemindahan personil dan perlengkapan markas subkoss ke Lubuk Linggau dilakukan dengan angkutan kereta api.
Sebelum Belanda melakukan Agresi Militer 1, untuk mempertahankan daerah Lahat dibentuklah Brigade Garuda Dempo yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Harun Sohar, dan kemudian digantikan oleh Kolonel Hasan Kasim, membawahi tiga daerah pertahanan, yaitu
·         Daerah Lematang – Kikim dipimpin oleh Letnan Kolonel Harun Sohar kemudian diganti oleh Mayor Sai Husin
·         Daerah Semendo dipimpin oleh Kapten Hamid Jemair dan
·         Daerah Sukarame dipimpin oleh Letnan Satu Yahya Bahar
Daerah Lematang – Kikim terbagi atas tiga sektor yaitu :
Sektor I                : Tinggi Hari dipimpin oleh Letnan satu Hutabarat dengan pos nya di Tinggi Hari Gumay, sedangkan daerah operasinya Kuba, Jati, Muara Siban, Selangis, dan Lahat.
Sektor II                : Dipimpin oleh Letnan satu Nahwi daerah operasinya Pagar Gunung dan sekitarnya.
Sektor III              : Dipimpin oleh Kapten A. Satar, daerah operasinya tanjung Mulak, Mingkik, pulau pinang dan sekitarnya.
Tanggal 21 Juli 1947, pihak Belanda melakukan Agresi Militer 1.Di Sum-Sel sendiri Belanda sudah menerobos garis damarkasi, sehingga terjadi pertempuran antara pasukan TKR / Laskar Rakyat perjuangan melawan pasukan Belanda.TKR / Laskar Rakyat bersama-sama rakyat melakukan perlawanan yang gigih. Di Kabupaten Lahat, pada masa Agresi Militer I Belanda, pasukan Belanda melakukan serangan pada tanggal 28 Juli 1947. Serangan dilakukan Belanda dengan mengerahkan satu Bataliyon yang bersenjata lengkap.Pasukan TKR / Laskar Rakyat perjuangan melawan pasukan Belanda dengan segala kemampuan, sehingga mengakibatkan terjadinya berbagai pertempuran di daerah Kabupaten Lahat.

II. 2. 1 Pertempuran di Jembatan Kebur
Pasukan Belanda setelah menduduki Muara Enim melanjutkan serbuannya ke Lahat.Untuk mengantisipasi serbuan Belanda tersebut Kolonel Hsan Kasim selaku Komandan Brigade Garuda Dempo di Lahat, memerintahlan agar pasukan TNI dari Pagaralam sebanyak satu kompi ditempatkan di dusun Kebur. Untuk itu sati peleton pasukan kompi II di bawah pimpinan Sersan Mayor Samiri dan satu peleton pasukan TNI dari kompi I di bawah pimpinan Sersan Mayor  Saleh diberangkatkan ke Lahat. Sebelum berangkat diadakan apel di depan Benteng Lahat yang dipimpim lamgsung oleh Komandan Brigade Garuda Dempo Kolonel Hasan Kasim memerintahkan agar pasukan TNI segera menduduki dan mempertahankan jembatan Kebur.
Tiga hari sebelum pasukan Tank Belanda menyerbu, penjaga pangkal jembatan Kebur, Sersan Aleh dan Kopral Nungcik melaporkan bahwa rakyat dusun Kebur memberikan hadian kepada pasukan TNI berupa daging dan makanan lain sebagai jamuan untuk pasukan TNI. Berita tersebut juga disampaikan kepada Sersan Mayor Samiri sewaktu ia berada di post Kebur. Kurang lebih pukul 08.00 malam sebuah kendaraan Pick Up melintas dari Muara Enim menuju Lahat. Kendaraan tersebut diperiksa oleh Sersan Alib dipangkal jembatan Kebur dan pada saat yang bersamaan Sersan Mayor Samiri di panggil oleh Komandan Kompi dan berjalan meninggalkan jembatan, setelah lebih jauh lebih kurang 40m, sebuah granat meledak di post, sedangkan pick up yang diperiksa menghilang dari pangkal jembatan. Ledakan granat itu telah menyebabkan Sersan Ali, dan Kopran Nungcik gugur seketika.
Setelah kejadian tersebut pada jembatan Kebur di buat rintangan dari batang – batang kayu di sekitarnya. Ketika Kololnel Hasan Kasim akan melalui jembatab itu, rintangan kayu itu di buka kembali. Untuk menghadapi musuh yang berkekuatan puluhak tank atau pantser yang telah berada antara Muara Enim – Lahat, maka semua pasukan bersenjata, polisi militer, dan polisi lasykar dari Lintang Empat Lawang ikut memperkuat pertahanan jembatan Kebur dan Komandan pasukan gabungan ini adalah Kapten Muhijar.
Serangan Belanda dilakukan setelah makan sahur, mula – mula tembak – menembak pos dean jembatan. Beberapa saat kemudian  tank atau pantser memasuki jembatan, di sambut tembakan wartelmantel Sersan Wirak  ( Jepang  ) dan seluruh senjata ringan lainnya. Karena semua pasukan Belanda di atas tank, kemampuan menghambat dengan senjata  peluru terbatas., hanya lebih kurang 1,5 jam, pasukan Belanda terus masuk kota Lahat. Peleton Sersan Mayor Samiri kembali ke jembatan, ternyata mereka telah menembaki post baru, terjadilah tembak menembak.Akhirnya semua pasukan menyeberang sungai Lematang dan terus ke Pagaralam, dan membuat pertahanan di jembatan Selangis, Mingkik Pagaralam.
II.2.2  Pertempuran di Pagar Gunung
            Setelah kota Lahat diduduki tentara Belanda, sebagian pasukan TNI mundur ke dusun Karang Agung Pagar Gunung. Selain pasukan TNI ikut mundur pasukan PT (Polisi Tentara), anggota kepolisian dan anggota lasykar perjuangan Hisbullah dan lasykar lainya.Mereka menginap di rumah sekolah di desa Karang Agung, anak-anak sekolah diliburkan.Kompi I TNI pimpinan Letnan Satu Ahmad Nahwi, Wadan Letnan Satu Idrus Sejam, berfornt di Talang Batu Puteri.Selain itu satu peleton lasykar Pesindo, pimpinan Abd.Hamid, dan wakilnya Nalian ikut bergabung pada pasukan TNI Kompi tersebut. Pada bulan Agustus 1947 pasukan  Kompi I Batalion XXVI, menyerang tentara Belanda (KNIL) di dusun Pulau Pinang dan dusun Tanjung Mulak. Dalam serangan ini dua orang anggota TNI gugur, yaitu Sersan Johari dan Pratu Ibrohi, serta satu orang luka ringan yaitu Abd Sa’ad. Pada bulan Oktober 1947 pasukan Kompi I batalion XXVI yang berada di Talang Batu Puteri di serang tentara Belanda  yang datang dari Lahat dengan berjalan kaki melalui hutan. Akibat serangan itu dua anggota Pesindo, gugur yaitu Abd Aziz Minha dan Abdullah, satu orang luka berat cacat yaitu M. Sohar serta dua orang luka ringan yaitu Tusan dan Mu’it.Setelah pertempuaran itu tentara Belanda masuk ke dusun Karang Agung dan menembaki rakyat sipil yang berlari ketakutan sehingga mengakibatkan dua orang meninggal ditembak tentara Belanda yaitu laki-laki dan perempuan berusia lebih dari 80 tahun.
            Bersamaan dengan terjadinya serangan pasukan Belanda tersebut pasukan TNI Kompi II Batalion XXVI pimpinan Kapten Satar, yang berada di desa Terkul atau Kedaton melakukan penghadangan terhadap pasukan Belanda di Jembatan Air Pinang.Dalam pasukan Kompi II tersebut, ada juga putera Paga Gunung yaitu Rasani Wahid. Pasukan Kompi II itu dengan bersenjata senapan mesin, senapan, granat, dan lain-lain, menunggu tentara Belanda yang akan pulang kepangkalannya di desa Lubuk Serpang. Pada suatu siang kia-kira pukul 13.00, pasukan Belanda melintas di jembatan Air Pinag, sehingga terjadilah pertempuran yang seru di tempat itu.Semua sejanta yang dimiliki pasukan TNI digunakan dalam pertempuran itu.Tembakan senapan mesin, lemparan granat dan meledaknya landsmijn menyebabkan tentara Belanda berlari ke Lubuk Sepang menghindari pertempuran.Kerugian di pihak tentara Belanda di perkirakan lebih kurang sepuluh orang mati dan luka-luka, sedangkan di pihak pasukan TNI Kompi Iiwaktu itu satu orang gugur, yaitu M. Ali.
            Selama masa Agresi Militer I Belanda, kerugian pasukan TNI dan lasykar di front Pagar Gunung adalah 7 orang gugur, dan 4 orang luka. Selain itu patut pula dicatat bahwa terdapat sejumlah putra Pagar Gunung yang berjuang mempertahankan daerahnya, diantaranya: Kapten Abd Roni, Letnan Satu M. Idrus S, Letnan Muda Abd. Salam, Sersam Mayor Abd. Wahab, Sersan Sofyan, Sersan M. Nur L, Sersan M. Amin S, Sersan M. Danif S, Sersan Nusir, Kopral Ahd. Zainuri, Kopral M. Djuni, Kopral Ahd. Burmawi, Kopral Yahin, Kopral Walis, Prada. M. Djusie, Prada Ahd Dai, Prada Ahd Dai, Prada Sai, Prada Abd. Sa’ad, Prada Abd. Manap, Prada Yamin, Prada Yana, Prada Smarudin.
            Selama bergeriliya tahun 194  pasukan TNI memperoleh bahan makanan dar Padi sisa peninggalan Jepang, yang diambil dari petani rakyat penduduk Pagar Gunung. Setiap panen padi, petani tiap tahun dipaksa pemerintah Jepang menyerahkan 80% hasil panen pada Jepang, dan diberi ganti oleh Jepang beberapa meter dasar ginggang yang kasar, dan beberapa kilo gula pasir, sebagai penganti padi itu. Kebetulan waktu pasukan TNI ber-Front di Pagar Gunung, gudang padi itu masih ada isinya, belum sempat habis di bawa ke Lahat oleh Jepang.Karena gudang padi berada di Pagar Gunung, dibuatlah untuk simpanan persiapan kalau kekurangan beras.

II.2.3   Pertempuran Lain di Lahat
            Selama berlangsungnya Agresi Militer I, berbagai kota di Sumatra Selatan dapat diduduki oleh Belanda. Demikian pula halnya dengan kota Lahat. Serangan Belanda yang berlangsung secara  mendadak menyebabkan pasukan TNI-Subkoss di daerah Lahat tidak dapat melakukan perlawanan yang berarti, kota Lahat dapat direbut Belanda pada tanggal 28 juli 1947. Sesudah menduduki kota Lahat pasukan Belanda tidak meneruskan serangannyake arah Pagar Alam dan Tebing Tinggi karena ada perintah grmcatan senjata. TNISubkoss, lasykar dan rakyat pejuang terpaksa mengundurkan diri ke pinggir-pinggir kota. Pasukan induk mundur ke Pagar Alam dan Tebing Tinggi.Begitu pula pemerintah sipil, diantaranya Bupati Amaludin menjalankan pemerintah dalam pengungsian di dusun pelajaran (Pemda Lahat, 2000:19).
            Disekitar kota Lahat, TRI dan rakyat membentuk pasukan-pasukan kecil berpusat di dusun Perangai (Kompi A. Karim Kadir), di dusun Senabing dipimpin oleh Abdullah Kadir dan Letnan Mustafa Kamil, di Pagar Gunung dipimpin oleh Kapten A. Satar dan Letnan Nahwi (dareah kekuasaan sampai ke Tanjung Tebat) dan Sukarami ole Letnan Satu Yahya Bahar dan Letnan Yakup Alson.
            Pada masa gencatan senjata, tentara dan rakyat tidak puas dan berusaha merebut kembali kota lahat dengan mengadakan sabotase-sabotase dan serangan pada malam hari kedalam kota. Belanda tidak senang dengan tindakan tentara dan rakyat tersebut, sehingga siang hari mereka patroli ke arah kubu-kubu pasukan TNI-Subkoss dan terjadilah kontak senjata. Disamping itu belanda menanggapi rakyat di dusun-dusun dan memaksa mereka dengan alasan untuk mencari inforrmasi tentang keadaan TRI serta nama pemimpin republik. Namun rakyat selalu menutup mulut walau disiksa secara kejam dengan pukulandan disetrum dengan aliran listrik serta dipenjarakan di kamar tahanan. Sejak akhir juli 1947 mulai perang geriliya di seluruh daerah dan sekitar kota lahat serta kota pagar alam. Setiap ada patroli tentara belanda, pasukan dan rakyat melakukan penghadangan, sehingga terjadilah pertempuran yang memakan korban baik dari pihak TRI-Subkoss maupun dari pihak belanda.
            Pertempuran pertama terjadi di dekat dusun Kuba antara TRI yang dipimpin oleh Letnan Satu Hutabarat dengan belanda.Pertempuran ini mengakibatkan 5 orang anggota pasukan TNI-Subkoss gugur dan pihak belanda banyak yang terluka.Pada bulan juli 1947 TNI-Subkoss yang dipimpin oleh Letnan Muda A.Lamsyari bertempur dengan belanda di Talang Bantuan, dusun Muara Tandi Gumai Talang satu orang TNI-Subkoss gugur.
            Selain itu pada tanggal 27 juli 1949 kontak senjata antara lasykar Napindo yang dipimpin oleh Mauk dari Tanjung Sakti terhadap belanda di kota lahat (depan polantas sekarang) dari kontak senjata tersebut tujuh orang lasykar gugur. Tiga hari setelah belanda memasuki dudun Sukarami Lahat, pada tanggal 30 juli 1947 Kadir melakukan serangan umum terhadap belanda, akibat dari serangan umum ini pasukan belanda kewelahan dan minta bantuan pasukan dari lahat. Dalam peristiwa ini seorang TNI bernama Nawawi gugur sedangkan di pihak belanda seorang tewas.
            Pada tanggal 7 oktober 1947, terjadi kontak senjata dengan belanda di Talang Batu Puteri (Gumai Ulu).Lasykar pesindo dipimpin oleh Letnan Muda Salam Thahrir. Kontak senjata ini mengakibatkan gugurnya anggota TNI,yaitu Imron Mentajad, dan dua orang luka-luka yaitu Matsuha dan Basan. Selain itu dilakukan pengadangan oleh TNI-Subkoss terhadap patroli belanda di dusun Tanjung Mulak dipimpin oleh Kapten Satar, dua orang TNI gugur.
            Tanggal 8 oktober 1947, pasukan TNI dipimpin oleh Kapten Satar Lenggang menghadang patroli pasukan belanda di jembatan Pulau Pinag, dengan memasang Landmijn.Pasukan belanda terkena ranjau tersebut sehingga banyak yang terluka dan serangan lasykar TNI gugur.Selain pertempuran pasukan belanda meneruskan perjalanan pulang ke lahat, melalui dusun Terkul (kedaton) terus ke dusun Pulau Pinang.Oleh karena itu hari telah malam dan gelap, untuk menerangi jalan sambil membawa korban yang terlukaa, maka pihak belnada melakukan pembakaran rumah yang terletak di dekat jembatan Pulau Pinang.Rumah tersebut milik Bakarudin ayah dari anggota TNI yang bernama M. Dahlan.
            Pada tanggal 27 desember 1957 terjadi pertempuran antara TNI-Subkoss dengan belnda secara frontal yang dipimpin oleh Letnan Muda A. Lamsyari di tempat tentara Talang Batuan dan Muara Tandi. Tiga orang TNI-Subkoss gugur dan seorang Sersan Mayor Kesehatan belanda tewas.

SEMOGA BERMANFAAT

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memberi Tanpa Pertimbangan

Sejarah Sma N 2 Lahat